Laman

Kamis, 15 Desember 2011

Ungkapan sayang dengan bermacam cara (Episode I)


Selama kurang lebih sembilan bulan ibu mengandung, suka duka yang dialaminya. Suka karena buah hati yang didamba-dambakan akhirnya Tuhan berikan juga yang saat ini sedang dalam kandungan sang ibu mulia. Ayah yang bekerja keras tanpa kenal lelah dan putus asa demi menafkahi keluarga, ya.. keluarga yang sangat dicintainya. Istri yang cantik lagi solehah, dan juga sang buah hati yang sedang ditunggu2 kelahirannya. Kerepotan, kesusahan, kelelahan adalah rasa yang sudah tidak asing lagi bagi sang ibu mulia. Siang malam terjaga, dengan hanya sesekali saja beliau memejamkan mata, itupun sungguh karena terpaksa, apa daya lelah yang mendatanginya. Naluri manusia yang butuh istirahat juga.


Mengalami hamil sungguh tidak mudah bagi sang ibu, perut yang semakin membesar, seiring waktu berjalan, apalagi saat sudah mencapai bulan yang ke-tujuh. Ada sebuah tradisi yang masih dilakukan orang kita saat ini ketika usia kandungan memasuki bulan yang ke-tujuh, yang biasa disebut dengan "nujuh bulan".

Di bawah ini adalah pembahasan saya tentang "nujuh bulan", kalo Anda tertarik, silahkan dibaca dengan teliti dan tolong difahami dengan baik yah, kalo Anda tidak tertarik.. Silahkan lewati saja bagian yang saya ketik dengan huruf miring ini:

Hanya sebuah tradisi, jangan-lah dipandang sebagai suatu kewajiban yang mutlak harus dilakukan. Selama di dalam kegiatan tersebut tidak ada unsur "syirik-nya", saya pikir tidak ada masalah. Toh, kaidah untuk beramal itu kan "selama tidak ada larangannya, maka boleh dilakukan " lain halnya dengan beribadah yang kaidahnya "melakukan yang hanya diperintahkan saja, jika melakukan ibadah yang tidak diperintahkan maka tertolak" (mohon kritik, saran, dan masukannya bagi yang lebih faham)

Lupakan sejenak tentang "nujuh bulan", yang saya ingin sampaikan disini ,Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam agama, suku dan budaya yang berbeda. Menurut pribadi saya, jangan-lah suka menyalahkan tradisi, karena perbedaan itu rahmat dan indah pula. Bukankah tradisi adalah salah satu jalan pintas diterimanya Islam di bumi pertiwi ini, Indonesia yang kita cintai ini. Jadi, berlapang dada-lah. Jangan pernah merasa paling benar sendiri, saya-pun tidak berkata saya yang paling benar. Karena saya adalah orang yang masih butuh banyak nasihat baik dari Anda sekalian.

Selalu berdo'a setiap pagi dan malam hari, dan setelah melewati masa nujuh bulan. Tanpa terasa, akhirnya sampai-lah pada saat yang ditunggu-tunggu. Hari ini adalah tepat sembilan bulan usia kandungan sang buah hati. Waktu yang berjalan seakan begitu sangat berarti bagi kami. Orang tua yang menanti lahirmu, wahai sang buah hatiku.

Tiba-lah saat itu, saat reaksi pertanda bahwa bayi akan segera lahir ke dunia ini. Sang ibu yang merasakan hal ini untuk pertama kali, bingung dan repot sendiri, apakah yang harus dilakukan. Tanpa pikir panjang, beliau pun langsung berteriak memanggil sang mertua yang sangat menyayanginya.  Sang mertua pun datang, dan langsung mengurusi menantu yang sesaat lagi akan melahirkan. Melahirkan sang cucu yang telah lama ditunggu-tunggu.

Ayah yang sedang berkonsentrasi penuh bekerja di ladang rezekinya pun mendapat kabar baik dari saudaranya. Kabar baik yang sungguh sangat mengejutkan. Ia diberi kabar bahwa isrinya sesaat lagi akan melahirkan dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit bersama ibu dan keluarganya. Seketika ayah langsung mengucap syukur pada Tuhan dan berdo'a agar istri dan anaknya diberi keselamatan. Ia langsung izin untuk meninggalkan pekerjaan sejenak, dan segera pergi menuju rumah sakit menyusul istrinya yang sesaat lagi akan segera melahirkan sang buah hati yang dinanti-nanti itu.

Sesampainya di rumah sakit, ayah langsung bergegas menuju ke ruang bersalin dimana istrinya berada. Ruang itu bernomor 537, ruang yang sudah ia ketahui dari saudaranya yang baik itu. Bertemulah ayah dengan ibu dan keluarganya yang sedang menunggu istrinya yang akan melahirkan itu. Berkata-lah Ia pada ibunya: "Bu, bagaimana keadaan istriku?" Ibunya pun menjawab: "Insya Alloh istri dan anakmu akan baik-baik saja, banyak berdo'a yang baik saja ya.. " . Jawaban ini sama seperti yang diucapkan oleh Pak Dokter ketika setiap orang yang istrinya akan melahirkan bertanya padanya. Sungguh kalimat yang sangat bijaksana yang keluar dari dokter yang baik hati.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya terdengar-lah suara merdu nan indah, yaitu suara bayi yang menangis. Tangis bayi yang telah lama dirindukan, dirindukan oleh orang tuanya. Ibu langsung mengucap syukur pada Tuhan, "terima kasih Tuhan kau telah permudah aku untuk melahirkan anak yang kau titipkan pada kami", begitu ucap sang istri. Ayah, Ibu, serta keluarga yang ikut datang ke rumah sakit pun mendengar suara tangisan bayi itu, karena suaranya yang begitu kerasnya. Mereka pun langsung bersyukur pada Tuhan, sama seperti yang dilakukan oleh sang istri.

"To be continue Yah..
Tunggu episode selanjutnya, okeh.. hehe :p "

Tidak ada komentar: