Laman

Rabu, 14 Desember 2011

Sarwadadi - Bekasi - Jakarta


Sebelumnya udah ane tulis, ane ame Ibu ane pernah ke Bekasi ke tempat kerja ayah ane. Kenape ane bilang cuma ane ame Ibu. Ya, karena kakak ane kaga ikut ke Bekasi. Kakak ane biasa ditinggal sejak kecil. Sebelah mane-nye Bekasi, ane kurang tau. Kalo kage saleh di daerah Pondok Ungu. Di situ ayah kerja di tempat Bu Lisa. Bu Lisa orangnya baik, keluarganya pun baik. Ibu sempet buka warung di tempat Bu Lisa itu. Ya, warung kecil-kecilan. Menjual sedikit kebutuhan para pekerja yang bekerja di tempat Bu Lisa. Tempat Bu Lisa biasa kami sebut dengan bengkel.
Ya, bengkel. Tidak hanya sepeda, sepeda motor, atau mobil yang punya bengkel. Tapi, para tukang cat pun punya bengkel. Bengkel cat namanya. Satu info tambahan bagi Anda yang mungkin belum pernah mendengar tentang istilah "bengkel cat" ini. 
Singkat cerita, kami tinggal di tempat Bu Lisa ini tidak terlalu lama, setelah bengkel ini berdiri cukup lama ada masanya pula untuk beristirahat. Bengkel dan warung kecil-kecilan ibuku pun tutup. Lalu kami hijrah ke kota Jakarta.
Tempat pertama kali kami sampai di Jakarta semenjak hijrah dari Bekasi adalah tanah gusuran dekat komplek perumahan Green Garden Jakarta Barat. Di tanah gusuran ini kami (aku, ibu dan ayahku) tinggal mengontrak di rumah kontrakan seorang perantau dari Jawa juga, Pak Min namanya. Kami tinggal di rumah kontrakan dengan satu kamar yang seolah-olah cukup seperti rumah dengan standar tiga kamar. Dengan ide kreatif kedua orang tuaku, kamar yang cuma satu ini di desain layaknya rumah dengan tiga kamar. Hebat kan mereka??? siapa dulu, orang tuaku gitu. Hehehe...
Kami tinggal disini cukup lama, mulai dari TK, lebih tepatnya TPA sampai aku SD kelas 2. Di tanah gusuran ini aku mendapat teman baru di keluargaku, ibuku melahirkan anak ke-tiga nya pada tanggal 31 Oktober 1994 di Bidan Hartini daerah pasar pesing koneng Jakarta Barat. Adik laki-lakiku yang diberi nama Septi Agung Wibowo. Ibu sudah terlanjur kurang tepat memberi nama pada adikku, padahal bulan itu adalah bulan Oktober, seharusnya bukan Septi (September).Tapi tak mengapa-lah, apa-lah arti sebuah nama?hehehe...
Orang tuaku memilih untuk tinggal di tanah gusuran ini karena ayahku bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan komplek perumahan, ya komplek perumahan Green Garden namanya, dan Pak Dewanto-lah sang Pak Bos ayahku dan rekan-rekan kerjanya yang lain. 
Awalnya, kami tinggal di tanah gusuran ini hanya aku, ibu, ayah dan adikku yang baru lahir. Setelah ayah cukup lama tinggal dan dirasa pekerjaan yang ada lebih banyak ketimbang pekerjanya. Lalu ayahku mengajak adik, kakak dan teman-temannya di desa agar ikut bekerja di perusahaan pembangunan komplek perumahan Green Garden ini. Suasana yang tadinya sepi pun akhirnya sekarang menjadi ramai, karena penghuni kontrakan Pak Min ini bertambah. Bertambah penghuninya dari keluarga kami sendiri, yaitu adik, kakak, dan teman-teman ayahku itu yang sudah ku sebut di atas tadi.  
Pada saat itu adalah masa-masa pembangunan yang sedang gencar-gencarnya, bisa dibilang masa ini adalah masa kejayaan Sang Pak Bos dan para bawahannya. Ayahku pun termasuk salah satu bawahannya yang "kecipratan" kejayaan itu. Bagaimana tidak, dengan Pak Bos sukses membangun sangat banyak rumah di komplek perumahan Green Garden ini, tentunya dengan melibatkan banyak tangan di dalamnya, termasuk relasi bisnis dan para bawahannya, lalu banyak pula para pelanggan yang membeli rumah padanya. Akhirnya keuntungan yang banyak pun dapat diraihnya. Dengan begitu, secara tidak langsung Ia sedang menumpuk uang dan dengan sangat royal Ia berikan sedikit dari keuntungannya itu kepada bawahannya. Dan salah satu  bawahannya itu adalah ayahku. Ya, ayahku yang mengabdi pada Sang Pak Bos sebagai sang mandor bangunan dan merangkap juga keahlian yang lain. Keuntungan yang didapat oleh ayahku saat itu cukup, malah kalo boleh jujur, bisa dibilang lebih dari yang diharapkan dengan bekerja hanya sebagai mandor bangunan. Alhamdulillah, keuntungan saat itu bisa dibuat untuk membeli satu rumah dengan fasilitas standar RSS. Tapi pada saat itu, ibuku mengalah dan ayahku lebih memilih untuk mendengarkan dan menuruti keinginan adik tercintanya agar menggunakan keuntungan yang didapatnya itu untuk membeli mobil. Dan akhirnya, dibeli-lah mobil dan diberikan pada adiknya untuk diopersikan di desa sebagai kendaraan operasaional di desa yang biasa orang-orang desa menyebutnya denganKoprades( Koperasi Angkutan Desa).
Sebelum adikku lahir, aku biasa bermain dengan teman kecilku. Mereka adalah Mas Eko, Rizki, Robi, Taufik, Yunus, Yusuf, Sari, Maryati. Mereka adalah teman bermain, mengaji dan teman sekolahku. Kami biasa bermain di tanah gusuran ini dengan berbagai macam permainan anak-anak yang berlaku dan sangat tren pada masa itu. Intinya, sangat jauh-lah bedanya dengan permainan anak zaman sekarang pada umumnya.

Tidak ada komentar: