Laman

Kamis, 15 Desember 2011

Jangan selalu melihat ke atas untuk urusan duniawi...!!!


Belum lama rasanya, ayah dari temanku di tempat menuntut ilmu itu meninggalkan anak perempuan-nya yang cantik nan solehah. Yap, meninggalkan anak perempuan dan keluarga-nya. Pergi jauh dan tak mungkin kembali lagi ke dunia fana ini.
Dan pada Minggu ini, teman perempuan yang satu kerjaan dengan ku pun ayahnya meninggal dunia. Sebelum dua kejadian nyata ini terjadi, teman laki-laki yang satu kerjaan dengan ku pun mengalami kesedihan yang tidak jauh berbeda. Malah menurutku pribadi, lebih sedih daripada kedua teman perempuan-ku yang merasakan hal yang sama. Yaitu, sama-sama merasakan yang namanya ditinggal mati oleh ayah tercinta, yang sangat cintanya pada putri dan keluarganya. Teman laki-laki yang satu kerjaan denganku itu ditinggal mati oleh anak pertamanya. Anak pertama yang berusia masih sangat muda. Bayi yang belum lama waktu lahirnya. Baru beberapa hari saja. Memang sungguh sangat tiidak pantas rasanya, membanding-bandingkan kesedihan yang dialami oleh orang lain. Maksud saya adalah, hanya ingin menghibur mereka semua dan mengajak berpikir jernih saja.

Kata kunci hari ini: jangan selalu melihat ke atas untuk urusan duniawi...!!!
Sedikit pembahasan ringan saja, agar lebih mudah dicerna ya... Ketika kita sedang merasakan sesuatu, katakan-lah itu kesedihan. Yap, kesedihan. Tolong digaris bawahi ya.. kalo perlu di bold  en di italic ajah, biar jelas dan berbeda daripada yang lain. Okeh??? hehe.. Kita kembali ke LEP...??? (jawab serentak dengan kata TOP ya...) Ups, salah ding... Maap Ya...

Okeh, kali ini saya serius. Ketika kita sedang merasakan sesuatu, contoh riil-nya adalah kesedihan yang dialami oleh tiga teman-ku yang sudah ku ceritakan di atas.
Coba-lah untuk tetap menyikapi segala sesuatunya dengan hati yang bersih, jiwa yang sabar dan pikiran yang jernih alias "positif ting-king men..". Bersedih saat ada hal yang harus kita sedih-kan memang adalah suatu kewajaran. Kewajaran kita sebagai manusia. Sering juga dibilang dengan kata manusiawi. Dan memang tidak ada pasal-pasal dalam KUHP atau KUHAP yang melarang, yang punya ancaman pidana-nya.Tapi, bersedih cukup sewajarnya sajalah. Hanya untuk mengekspresikan diri sebagai manusia yang normal. Sangat tidak dianjurkan untuk bersedih dalam kurun waktu yang lama atau sedih berkepanjangan yang berlarut-larut.

Seperti kata kunci yang sudah saya berikan di atas, "jangan selalu melihat ke atas untuk urusan duniawi". Maksud saya adalah mari sejenak kita lupakan tentang masalah yang sedang kita alami, yang sudah membuat kita jadi bersedih. Coba-lah pikirkan tentang orang lain yang nasibnya lebih jauh dibawah kita. Kita yang selalu merasakan nikmatnya berkumpul bersama keluarga tercinta, mungkin sangat jarang sekali berpikir tentang mereka. Yap, mereka yang nasibnya jauh di bawah kita. Mereka yang tidak memiliki keluarga yang utuh. Ada yang tidak pernah tahu siapa ayahnya sejak dilahirkan, karena ayahnya telah meninggal saat Ia masih dalam kandungan ibunya. Adapula mereka yang tidak pernah tahu siapa ibunya, karena setelah melahirkan anak tercinta, ibunya meninggal dunia. Dan banyak sekali kisah sedih orang lain yang nasibnya di bawah kita. Yang tak pernah kita pikirkan ketika kita sedang mengalami masalah. "Boro-boro mikirin begitu-an, wong saya aja lagi sedih kok", kurang lebih seperti itu kalimat yang akan keluar dari Anda sekalian yang mungkin sudah terlanjur larut dalam kesedihan. Sampai-sampai lupa, padahal kita semua adalah milik Tuhan, dan akan kembali lagi pada-Nya. Semoga saja Anda sekalian yang membaca tulisan ini tidak seperti itu. "Aamiin".

Seperti kisah tiga temanku di atas. Ada dua teman perempuan-ku yang ditinggal mati oleh ayahnya. Dan ada pula teman laki-laki ku yang ditinggal mati oleh anak tercintanya. Anak pertama, yang sangat cantik menawan, lagi indah rupanya. Kalau kita mau untuk jujur dan coba membayangkan posisi yang dialami oleh ketiga temanku di atas, mungkin salah satu dari Anda akan berkata "lebih sedih seorang ayah yang ditinggal mati oleh anaknya, ketimbang seorang anak yang ditinggal mati oleh ayahnya".Mengapa saya bisa berkata demikian, jawabannya adalah karena seperti yang sudah sering kita dengar bersama. Bukankah kita pernah mendengar satu petuah bijak. Yap, petuah bijak yang bunyinya kurang lebih seperti ini: kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan.. maap kalo salah (mohon koreksinya ya.. thx). Agar lebih enak, mari kita samakan persepsi bahwa ibu yang dimaksud dalam petuah bijak itu adalah orang tua kita, termasuk ayah kita juga di dalamnya.

Okeh, saya anggap kita sudah sepakat. Kita lanjutkan saja ya. Pastinya semua orang tua akan mengatakan lebih sedih ketika ditinggal mati oleh anaknya, ketimbang seorang anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya. Kembali pertanyaan yang muncul, kenapa demikian. Karena anak adalah sesosok manusia yang sangat diharap-harapkan kehadirannya oleh orang tua sejak lama, sejak kita yang berperan sebagai anak belum lahir. Sangat senang orang tua rasanya, ketika anak pertamanya lahir, tidak peduli anak pertamanya itu laki-laki atau perempuan. Yang pasti, semua orang tua yakin, anak adalah titipan Tuhan yang harus dirawat dan dijaga dengan penuh rasa kasih dan sayang. Lain halnya dengan kita sebagai seorang anak, yang mungkin tidak sedikit dari kita yang tidak terlalu mau tahu rasa sayang orang tua yang diungkapkan dengan bermacam cara pada anaknya (jadi inget catatan sebelumnya, yang belum selesai..he3). Atau malah belum sadar bahwasannya kalimat ini adalah benar adanya: "tak ada satupun orang tua di dunia ini yang mau anaknya merugi di kemudian hari, pastinya setiap orang tua melakukan apapun yang bisa dilakukan demi masa depan anaknya yang indah".

Kembali ke masalah tentang kesedihan, untuk semua temanku yang sedang sedih. Bersemagat-lah kawan, karena kita tuh gak bakal diuji diluar batas kemampuan kita kok, lebih baik kita mendekatkan diri pada-Nya, agar kita dan semua orang yang sayang maupun benci terhadap kita jadi bahagia. Terutama agar yang telah pergi meninggalkan kita bangga dan bahagia di alam sana. Ayo donksenyum, mana nih senyuman-nya.. hehe

Manakala kita tetap bisa mengendalikan diri tuk tetap cool  menghadapi masalah yang sedang terjadi menimpa kita, apapun masalahnya. Berarti kita adalah manusia hebat. Yap, manusia hebat yang YAKIN dan PATUH terhadap segala janji dan perintah Tuhan.

Tidak mudah memang, untuk mempraktekan teori bersikap bijak. Yap, walaupun hanya satu teori saja. Tapi, menurut saya, teori itu akan ringan dipraktekan manakala kita sendiri yang memulainya denganbismillah, dan mengawali hari dengan doa, dibarengi dengan senyuman indah yang asli, yang keluar dari dalam lubuk hati, yang bersih dan suci, plus semangat berkarya dan berjuang yang tak kunjung mati.

Pembahasan di atas adalah hanya pendapat pribadi saya saja. Jika Anda sekalian ingin berkomentar, sangat senang rasanya diri ini mendengarnya, dan mudah-mudahan bisa menjawab sebisa saya. Mohon maaf atas semua kesalahan, dan mohon koreksinya ya... maklum-lah, masih dalam tahap belajar sih. Jadi, kita saling share aja yah... setuju??? he3


Inspirasi nyata,
Yang diketik di waktu mustajab,
Mustajab nya doa,
Doa hamba yang roja',
dan khouf pada Robb nya.

Insya Alloh..
Wallohu'alam.. 

Tidak ada komentar: