Laman

Rabu, 14 Desember 2011

Antara Sarwadadi dan Bekasi


Aku, kakak dan ibuku biasa ditinggal di desa oleh ayahku yang bekerja di Bekasi. Ditinggal di rumah mertua, banyak sekali kisah yang kami alami. Mungkin Anda bisa membayangkan bagaimana rasanya di tinggal suami bekerja di luar kota, dan tinggal bersama sang mertua yang belum terlalu Anda kenal watak aslinya. Ditinggal oleh ayah tercinta, ya.. itu terjadi sampai saat yang cukup lama, bahkan hal itu pun terus berlangsung saat aku mulai di dalam kandungan ibuku, sampai ku lahir, dan sempat ikut ke tempat ayah bekerja yang ada di Bekasi.
Banyak kisah suka dan duka yang kami alami, mulai dari cerita saat ku lahir, masa balitaku, masa kanak-kanakku yang sarat dengan makna yang terjadi di rumah sang mertua yang ada di desa Sarwadadi tercinta ini.
Menurut cerita ibuku, dia adalah menantu yang agak sedikit dianggap berbeda dibanding menantu yang lain. Singkatnya, ada rasa pilih kasih antara sang mertua dengan sang menantu. Sebenarnya, banyak kisah sedih di bagian ini, tapi menurut ane kage useh diceritain ye..entar malah pada nangis lagi..hehehe. Tapi, agar Anda bisa membayangkan, bahkan mungkin mencoba merasakan ane kasih sedikit cerite aje ye..
Bingung, bagaimana caranya mencukupi kebutuhan saat itu dengan segala kekurangan yang ada, sang mertua yang begitu, dua anak yang sangat dicintainya, dan sang suami yang bekerja jauh di sana. Itulah yang dialami oleh ibuku saat itu.
Ada episode kekurangan dana dan bahan saat akan membuat bubur merah-putih untuk acara syukuran pemberian nama untukku, ada pula episode saat ku jatuh dari ayunan yang terbuat dari selendang jawa yang diikatkan diantara dua tiang penyangga saat ibuku sedang mencuci pakaian di sumur yang letaknya cukup jauh dari rumah, aku hanya bisa menangis sekuat-kuatnya, sang mertua itu tak menggubrisnya, malah hanya memberitahu ibuku "Sur, itu anak kesayanganmu tuh jatuh dan nangis". Ibuku hanya bisa bersabar dengan watak kedua mertuanya itu. Sempat ku berkata dalam hati, jika saja waktu itu ku bukan seorang  bayi yang hanya bisa menangis, mungkin akan ku hibur ibuku dengan cara yang bisa ku lakukan saat itu agar ia tidak terlalu bersedih dengan apa yang dialaminya. Dan masih banyak episode-episode lainnya yang tak mungkin ku ceritakan semuanya disini.
Ayahku pulang dari Bekasi hanya beberapa bulan sekali, itupun hanya membawa uang yang sangat-sangat minim untuk memenuhi segala kebutuhan kami dan sang mertua. Tapi, walaupun begitu disadari ataupun tidak disadari, kami masih banyak diberi nikmat oleh yang Maha Pemberi Segala Nikmat.
"Terima kasih ya Allah..."

Tidak ada komentar: